Jumat, 01 Maret 2013

Jalan Angker ke Kampungku ….


Assalamu’alaikum Wr.Wb

Mumpung ada waktu aku mau share cerita lain…

Ok, selama ini aku sering menceritakan tentang santet atau tumbal yang dialami aku dan keluargaku. Sekarang aku ingin menceritakan kejadian-kejadian seram di jalan yang dilewati untuk sampai ke kampungku, dan penampakan-penampakan yang sering dilihat disana. Mungkin lain kali aku akan menceritakan kembali kisah santet, guna-guna, atau hampir dijadikan tumbal yang menimpa keluargaku.

Seperti yang kukatakan, kampungku yang disebut kampung bala oleh Pak Kyai, tidak hanya seram karena banyaknya pesugihan dan dukun santet disana, tetapi juga banyak yang melihat penampakan-penampakan. Namun yang akan kuceritakan disini bukan penampakan di kampungku namun di jalan yang harus dilewati jika akan ke kampungku.

Kampungku terletak di daerah pedalaman yang tidak dilewati angkutan umum, sehingga harus jalan kaki selama kurang lebih 30 menit atau pun naik ojeg. Jika jalan kaki harus melewati gang, sebut saja gang C. Sedangkan jika naik ojeg jalan yang dilewati adalah gang P. Kedua jalan tersebut sama-sama angker.

Sekarang aku ingin bercerita jalan gang C. Banyak yang melihat penampakan disana. Kejadian-kejadian ini aku dengar ada yang dari sumbernya secara langsung, ada juga yang dari mulut ke mulut. Maklum kampungku bisa dibilang tidak terlalu besar, sehingga setiap peristiwa akan cepat menyebar seperti api di musim kemarau, baik itu kejadian menyeramkan, memalukan, atau menyenangkan. Apalagi ibu-ibunya bisa dikatakan hobi sekali bergosip… hehee. Alhamdulillah untukku sendiri tidak pernah melihat penampakan disana. Naudzubillah, jangan sampe deh…

Sebelumnya aku ingin menggambarkan rute jalan gang C ini sampai ke rumahku. Ketika kita turun dari angkot kita akan disuguhkan dengan tangga yang mengarah ke bawah dan agak gelap karena dikelilingi hutan bambu. Kita harus turun kira-kira belasan anak tangga lalu akan ada sungai kecil dan di dekatnya ada pemakaman kecil yang mengapit tangga setapak. Setelah melewati jembatan kita harus turun puluhan anak tangga lagi. Lalu akan ada sungai yang lebih besar, dan harus melewati jembatan bambu untuk melewatinya.

Kemudian kita berjalan sebentar di jalan setapak lalu naik puluhan anak tangga, sampai mencapai anak tangga paling atas. Disini hutan bambu berakhir. Di tengah-tengah tangga kita akan menemukan kembali pemakaman kecil. Setelah melewati tangga-tangga tersebut, kita sampai di perkampungan kecil, yang ujungnya adalah persawahan. Kita harus melewati pekampungan dan persawahan itu, dan paling akhir ada pemakaman kecil yang sering disebut ‘astana leutik’. Barulah sampai di kampungku. Sepanjang jalan ini terkenal angker. Apalagi di bagian tangga dan hutan bambu, sawah, dan astana leutik.

Maaf kalau penggambarannya kurang jelas dan membingungkan.

ooo

Kejadian 1

Kejadian ini terjadi sudah sangat lama. Saat itu ada tukang sayur keliling, sebut saja Mang O. Mang O harus berangkat malam-malam untuk belanja agar paginya bisa langsung didagangkan. Ia berangkat kurang lebih jam 2 malam, dan harus melewati jalan gang C. Ia berjalan dengan terburu-buru, disamping karena takut juga agar bisa cepat-cepat sampai ke jalan mobil.

Saat mulai memasuki tangga gang C, mang O langsung disapa oleh hutan bambu. Otomatis suasana menjadi mencekam dengan sesekali suat kriet dari pohon bambu menemani perjalanan Mang O. Untunglah di tangga pertama ini lampu jalan masih hidup sehingga keadaan tidak terlalu gelap. Namun Mang O sudah menyiapkan korek api karena di tangga berikutnya yang sehabis melewati sungai besar, lampu jalan selalu mati. Entahlah karena apa, walaupun lampu itu diganti dengan yang baru, lampu itu tidak mau hidup. Akhirnya warga membiarkannya begitu saja dan jika kita melewati tangga itu warga harus menyiapkan penerangan sendiri, baik itu senter atau korek api.

Mang O turun tangga dengan tergesa-gesa. Ketika sampai di tengah tangga yang ada pemakaman kecil, tiba-tiba lampu jalan mati. Otomatis suasana menjadi gelap gulita. Dengan jantung bertalu-talu mang O segera mencari-cari korek api di kantungnya. Akhirnya ia menemukannya dan dengan menghela napas lega ia menyalakannya. Namun kelegaannya tidak bertahan lama, karena ketika ia melihat di hadapannya ada sesosok yang tak pernah ia perkirakan. Ia ternganga ketakutan melihat Miss Kuntaw sejengkal di hadapannya. Tubuhnya membeku seketika, tidak bisa bergerak sama sekali. Ia hanya menatap miss kuntaw sampai miss ini tiba-tiba membuka mulutnya dan tertawa geli, hihihihihihiii.

Suara tawanya membangunkan kebekuan tubuh mang O. Dengan perlahan-lahan ia mundur sambil masih memperhatikan Miss Kuntaw yang tertawa. Dan setelah jarak yang cukup lebar memisahkan mereka, ia pun berbalik dan lari terbirit-birit. Namun suara miss kuntaw tetap mengikutinya. Entah apakah miss ini mengikutinya atau tidak, ia tidak berani menengok. Yang ada di pikirannya adalah kembali ke rumah tercintanya. Ia terus berlari melewati perkampungan, sawah, pemakaman dengan tertawa miss kuntaw mengiringinya. Akhirnya sampailah ia di rumahnya dan langsung menggedor-gedor pintu rumahnya.

“Bu,bu..” ia terus menggedor-gedor pintu.

Pintu dibuka dan muncullah istrinya dengan raut wajah bingung. “Loh Pak kok balik lagi?”

Namun Mang O tak menjawab. Dengan terburu-buru ia melewati istrinya di ambang pintu dan masuk ke kamarnya langsung menarik selimutnya. Suara miss kuntaw ini terus terngiang-ngiang di telinganya. Istrinya mengikutinya ke kamar dan menatap bingung ke arah suaminya.

“Ada apa Pak?” tanya istrinya lagi.

“Nanti saja bu ceritanya,” hanya itu yang dikatakan mang O dan ia pun langsung menguburkan dirinya dalam selimut.

Barulah esoknya mang O menceritakan kepada istrinya perihal pertemuannya dengan miss ini, dan berita ini pun langsung menyebar luas. Semenjak itu mang O pun berhenti menjadi tukang sayur. Namun baru-baru ini mang O kembali melakoni pekerjaannya menjadi tukang sayur, mungkin karena sekarang ia sudah punya motor sehingga tak perlu lewat jalan itu lagi. Dan hari minggu Mang O menceritakan kembali petualangannya bertemu dengan miss kuntaw dulu.

ooo

Kejadian 2

Kejadian ini juga udah lama, masih dengan tukang sayur. Hanya tukang sayur ini adalah wanita, sebut saja bi I. Saat itu ia berangkat kira-kira jam 4 untuk belanja. Dengan was-was ia berangkat. Alhamdulillah perjalanan sampai sekarang lancar-lancar saja, tidak ada apa-apa. Ia telah melewati sawah, perkampungan, turun tangga, dan melewati jembatan bambu. Saat ia mulai naik tangga untuk sampai ke jalan mobil, dari bawah ia melihat di tangga atas ada perempuan berbaju putih. Waktu itu ia tak berpikir macam-macam, lah wong udah mau subuh, jadi ia pikir itu orang yang mau berbelanja juga. Ia sangat senang lah, “asyik ada teman,” pikirnya kala itu.

Ia naik dengan terburu-buru agar bisa cepat-cepat sampai. Tapi pas udah mulai dekat, kok ada yang aneh. Perempuan itu menunduk dan rambutnya sangat panjang. Terus pas ia lihat kakinya, ternyata ia melayang. Kontan ia ketakutan. Tanpa pikir panjang ia langsung berbalik dan lari terbirit-birit. Untunglah perempuan itu tidak mengikutinya atau menampakkan wajahnya. Mungkin ia bisa pingsan kalau hal itu sampai terjadi.

ooo

Kejadian 3

Yang ini juga udah lama, saat tetehku masih bekerja. Saat itu teteh lembur sehingga harus pulang malam kira-kira jam 9 malam. Untunglah waktu itu teteh berdua dengan temannya. Singkat cerita mereka turunlah dari angkot. Otomatis bang sopir bilang agar hati-hati. Maklum kalau dari atas, jalan ini seperti gua, gak terlihat seperti jalan. Teteh dan temennya hati-hati turun tangga pertama dan melewati sungai kecil.

Sebelum turun di tangga kedua, teman teteh berkata, “Ri kita pulang malam-malam gini takut ih.”

“Iya, ta.” tetehku otomatis menjawab.

Mereka pun melanjutkan perjalanannya menuruni tangga kedua ini. Disini perasaan mereka udah gak enak, bulu kuduk berdiri. Apalagi suasananya sangat sunyi, senyap, mencekam, dan remang-remang. Hanya sesekali suara kriet pohon bambu menemani perjalanan mereka. Dan dodolnya mereka lupa untuk membaca doa, malah mengobrol sepanjang jalan.

Mereka pun mulai melewati jembatan, jalan di jalan setapak, dan naik tangga lagi. Setelah sampai perkampungan mereka bisa sedikit bernapas lega. Sekarang mereka jalan lebih santai, namun teteh belum bisa menghilangkan perasaan gak enak di hatinya. Saat melewati musholla, kan ada lampu jalan, otomatis bayangan kan bisa terlihat. Nah disitu teteh melihat ada tiga bayangan, satu lagi bayangannya agak jauh di belakang. Waktu itu teteh cuma nyangka kalau itu orang.

Teteh pun berkata ke temannya, “ta, kita nunggu orang lain yang di belakang yuk, biar lebih rame.”

“Hah?”

“Itu, bayangannya udah terlihat, kayanya dia gak terlalu jauh.”

Teman teteh pun melihat bayangan, “Oh iya Ri.”

Mereka pun menunggu orang itu. sudah lama menunggu kok orangnya gak ada-ada.

“Ri, kok dia gak datang-datang?”

“Iya ta, padahal tadi bayangannya udah terlihat.”

Pas mereka melihat lagi di bayangan, bayangannya masih ada tiga, dan jaraknya masih sama seperti tadi. Perasaan teteh dan temannya jadi lebih gak enak.

“Kita terusin ja yuk jalannya,” tetehku berkata.

Mereka pun berjalan tergesa-gesa, saat ada lampu jalan otomatis teteh melihat bayangan dan ternyata bayangannya masih ada tiga, satu lagi mengikuti mereka agak jauh di belakang. Teteh dan temannya pun berjalan lebih cepat, melewati sawah dan pemakaman. Saat melewati pemakaman akhir kan ada pohon kelapa dan lampu jalan, teteh melihat bayangannya sudah hilang begitu saja, hanya ada dua. Namun mereka masih berjalan dengan cepat. Saat sampai di rumah, teteh langsung menceritakan kejadian itu ke ibuku.

Ibu pun berkata, “Mungkin ia berniat mengantarkan kalian, karena tadi kalian bilang takut. Makanya kalau jalan malam-malam jangan bilang takut atau berani. Kalau ada yang bertanya bilang ja ‘Laahaula walaa Quwwata Illaa Billaahil ‘aliyyil ‘adziim.”

Semenjak itu tetehku tidak berani berkata macam-macam saat pulang malam.

ooo

Ini hanya segelintir kejadian, nanti aku akan post lagi yang lebih baru. Karena sampai sekarang pun masih banyak yang melihat penampakan disana, tapi memang jalan itu sekarang jarang dikunjungi apalagi kalau malam-malam, banyak yang lebih memilih naik ojeg soalnya, begitu juga dengan aku… heee…

Maaf kalau ceritanya membosankan dan tulisannya acak-acakan. Soalnya aku gak edit dulu, jadi kata-katanya juga ada yang baku, ada yang engga. maklum kuliah udah aktif kembali.

Oh ya setiap cerita yang aku posting dengan tag kisah nyata, berarti cerita itu benar-benar terjadi. Terserah mau percaya atau tidak, yang jelas itu nyata. Kalau tidak percaya juga tidak apa-apa, itu kan hak manusia. Memang mungkin ada yang susah dicerna akal atau ada yang seperti rekayasa, tapi memang itulah yang terjadi, walaupun aku gak tahu apakah ada kurang atau lebihnya dari cerita asli, karena ingatan manusia kan tidak terlalu tajam. Apalagi pengalaman hidup itu banyak sekali. Terus untuk dialognya, udah aku terjemahkan ke bahasa indonesia, jadi mungkin ada yang tidak sama persis, tapi insya Allah maknanya sama.

Akhir kata Makasih buat akang teteh yang udah nyempetin baca
Kurang dan lebihnya mohon dimaafkan…
di minta saran kritik dan komen nya yah
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

1 komentar:

  1. ceritanya keren, penggambaran dlm alur bikin jantung ikut deg2an seolah larut dlm suasana jalanan desa itu... jadi ikut ngebayangin gimana rasanya jd warga desa kamu d sana... saat ngga ad ongkos buat ngojek dan mau ga mau harus jalan kaki... keren

    BalasHapus