Minggu, 24 Februari 2013

Jalan Angker ke Kampungku 2


15 Februari 2013 — 41 komentar
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Akang teteh ini adalah sambungan dari jalan angker ke kampungku. Buat yang belum baca part sebelumnya, sok klik disini.

ooo

Kejadian 4

Kejadian ini terjadi lumayan lama kurang lebih setahun yang lalu. Saat itu gang C mengalami longsor, hingga kurang lebih sepertiga jalan mobil tak bisa digunakan. Tebingnya runtuh bahkan beberapa anak tangga gang C yang dekat jalan mobil ikut runtuh, tak bisa digunakan. Karena musim hujan, tentu belum bisa diperbaiki karena takut longsor kembali. Setelah hujan tak lagi datang, akhirnya diputuskan segera diadakan perbaikan.

Singkat cerita telah beberapa hari jalan itu diperbaiki, semuanya berjalan dengan lancar. Cuaca pun juga mendukung. Para pekerja berada di bagian bawah jurang untuk menambal tebing-tebing itu dengan tanah. Tanpa ada firasat apapun, tiba-tiba tebing jalan tersebut longsor kembali hingga para pekerja terkubur timbunan tanah. Warga setempat yang melihat kejadian itu otomatis segera meminta bantuan warga lain untuk menolong para pekerja tersebut.

Akhirnya setelah dirasa cukup aman, tebing tak akan longsor kembali, warga pun berbondong-bondong menggali longsoran tebing. Dari lima pekerja hanya seorang yang dapat diselamatkan, sebut saja Pak K. Empat orang lagi sudah tak bernyawa. Pak K langsung dilarikan ke rumah sakit dengan angkutan umum. Tragisnya ternyata satu orang korban meninggal adalah saudara Pak K dan ia baru pertama kali ikut perbaikan jalan tersebut karena diajak oleh Pak K. Kontan Pak K merasa sangat bersalah. Namun itulah takdir, walau keluarga sangat berduka namun apa daya mereka harus ikhlas. Tapi warga setempat percaya bahwa kematian mereka tidaklah wajar, dengan kata lain mereka dijadikan tumbal jalan tersebut. Entahlah benar atau tidak, namun setiap tahun memang selalu ada yang meninggal di jalan itu, entah karena kecelakaan atau karena sebab lain. Wallahu’alam.

Sementara waktu perbaikan jalan tersebut dihentikan. Namun karena rute jalan itu cukup penting dan dikhawatirkan ada angkot yang jatuh ke jurang, kepala desa setempat setuju untuk meneruskan perbaikan jalan, dengan pekerja yang lain dan terlebih dulu diberikan wejangan untuk terus berdoa dan ingat pada Allah. Singkat cerita Alhamdulillah jalan tersebut telah lancar diperbaiki dan jalan pun telah seperti sedia kala.

Namun para pekerja mengaku saat perbaikan jalan banyak terjadi hal-hal ganjil. Ada yang melihat pekerja korban longsor ikut bekerja bersama mereka, ada yang tiba-tiba kopinya tinggal setengah padahal belum ia minum, dan kejadian-kejadian ganjil lainnya. Warga gang C pun ikut merasakannya. Hingga tersebarlah berita bahwa pekerja-pekerja korban longsor tersebut telah menjadi ‘hantu’. Hal ini juga dialami oleh salah seorang warga kampungku yang baru pulang kerja, sebut saja Bi Emi.

Bi Emi adalah seorang janda sehingga harus banting tulang untuk menghidupi anak satu-satunya. Ia bekerja di sebuah pabrik garmen. Waktu itu ia pulang sore hari sekitar jam 5, dan ia tahu sampai di gang C pasti telah maghrib. Sebetulnya ia sempat was-was untuk melewati jalan itu mengingat banyaknya berita yang menceritakan banyak warga yang telah melihat penampakan disana, terlebih setelah kejadian longsor itu. Namun karena Bi Emi ingin hemat, dengan memberanikan diri ia akan melewati gang C. Inilah kisahnya.

ooo

Angkot itu tidak penuh, hanya ada beberapa orang yang naik, dan itu pun telah banyak yang turun, hingga tinggal bi Emi dan dua orang lainnya. Saat melewati t****n d****a ada empat orang laki-laki menghentikan angkot dan naik ke dalamnya. Keempat laki-laki itu wajahnya pucat dan di sepanjang jalan mereka bertingkah aneh, tak selayaknya manusia normal lainnya. Mereka menunduk, tidak ngobrol atau nengok kiri kanan, bahkan bergeser pun tidak. Mereka seperti patung yang diangkut ke dalam mobil, bahkan saat ada polisi tidur pun badannya tidak melonjak ke atas, hanya sedikit bergerak. Padahal angkot-angkot di daerahku jalannya ngebut-ngebut. Kalau aku naik angkot saja suka bergeser kemana-mana duduknya sangking ngebutnya tuh angkot. Saat itu Bi Emi tak curiga apa-apa, lah mungkin mereka capek.

Singkat  cerita sebentar lagi angkot melewati gang C, otomatis Bi Emi siap-siap turun dan merogoh uang sepuluh ribuan untuk ongkos. Sebetulnya ongkos yang dikeluarkan dua ribu rupiah saja tapi saat itu ia tak punya uang kecil. Murah bukan? Padahal perjalanan sangat jauh.

Saat sampai di gang C Bi Emi segera berkata ‘kiri’ dan otomatis angkot itu berhenti. Saat Bi Emi akan turun, ternyata keempat orang tersebut ikut turun. Melihat itu hati Bi Emi sangat senang, “asyik ada teman.” Itulah yang dipikirkan Bi Emi kala itu.

Oh ya waktu itu posisinya Bi Emi ada di bagian ujung angkot di bangku panjang, sedangkan keempat orang itu ada di bangku pendek. Jadi Bi Emi harus menunggu keempat orang tersebut turun dulu barulah ia turun. Setelah keempat orang itu turun, ia pun segera turun dan menyerahkan ongkos pada abang sopir. Kembalian uang Bi Emi adalah uang yang diterima dari keempat orang tersebut. Langsunglah ia kantongi uang itu.

Ia pun segera berjalan tergesa-gesa takut ketinggalan empat orang itu. Untunglah ternyata empat orang tersebut masih ada. Ia pun mulai turun tangga pertama dan keempat orang itu ada beberapa anak tangga di depannya. Saat melewati sungai kecil dan akan turun tangga kedua, tiba-tiba keempat orang yang berada beberapa meter di depannya tiba-tiba menghilang begitu saja. Kontan Bi Emi terkejut dan segera teringat korban longsor itu. Ia membeku ketakutan tak bisa bergerak. Lalu tiba-tiba empat orang itu ada di hadapannya kembali seraya berkata, “kenapa bi?”

Bi Emi tak bisa bicara atau berjalan, hanya menatap keempat orang itu. Ingin sekali ia lari namun kakinya serasa dicor ke beton. Akhirnya bi Emi berbalik dan merangkak ke atas, berniat naik kembali ke jalan mobil. Ya ia merangkak karena kakinya tak bisa digerakkan sama sekali, dan bukannya merangkak di tangga ia malah merangkak di rerimbunan semak di samping tangga. Namun Bi Emi tak menghiraukannya, yang ada di pikirannya segera berada di jalan mobil.

Sesampainya di atas, kakinya sudah bisa digerakkan kembali. Tanpa pikir panjang ia berlari ke arah utara menuju gang P, berniat naik ojeg. Padahal jarak dari gang C ke gang P lumayan jauh, namun ia tak mau nunggu angkot. Apalagi angkot di daerahku jarang, ia sudah tak sanggup berada di jalan itu lagi.

Singkat cerita tibalah ia di pangkalan ojeg dengan ngos-ngosan. Tukang ojeg pun kaget melihat keadaan Bi Emi. Ya pasti kagetlah, Bi Emi lari seperti dikejar banteng, dan celana bi Emi robek-robek, karena melewati semak berduri. Setelah Bi Emi sadar keadaannya barulah ia merasa perih karena tersayat duri, tadi ia tak merasakannya sama sekali.

“Bi kenapa?” salah satu tukang ojeg bertanya.

“Tadi, tadi saya lihat korban longsor,” hanya itu yang bi Emi katakan.

Tukang ojeg belum sadar apa yang dikatakan bi Emi. Mereka hanya mengangkat bahu dan segera mempersilahkan bi Emi naik ojeg. Tanpa pikir panjang bi Emi segera naik dan ngebutlah ojeg itu menuju rumahnya. Sesampainya di dekat rumahnya, bi Emi turun dan merogoh kantong untuk membayar ongkos ojeg. Ia terkejut ketika yang ia ambil adalah daun dengan bau yang sangat harum. Ia teringat kembali kembalian dari abang angkot. Ia ingat betul kembalian ini dari uang keempat orang tersebut. Bi Emi pun duduk terhenyak, kontan tukang ojeg segera bertanya ada apa. Bi Emi pun menceritakan pengalamannya dari awal hingga akhir. ‘Mimpi apa aku semalam,’ itulah yang dituturkan bi Emi kala itu.

Kejadian yang menimpa Bi Emi ini ibarat pepatah sudah jatuh tertimpa tangga. Udah ketemu setan, kaki berdarah-darah, uang raib pula. Besoknya berita tersebut segera menyebar di seluruh kampung. Dan warga berbondong-bondong menjenguk bi Emi sekaligus ingin melihat daun yang harum itu. Dan dodolnya ada orang yang meminta daun itu untuk dijadikan jimat. Ck ck ck.

Ini gang C tempat menghilangnya keempat orang tersebut. Ini tangga kedua dan aku fotonya agak di tengah-tengah tangga.




gang C, tangga kedua
Foto ini diambil olehku sendiri baru-baru ini saat melewati gang C. Entahlah saat itu aku hanya ingin foto-foto gak jelas ja… hehe
oh ya Foto ini diambil saat siang hari terik, ba’da dzuhur.

Lihatlah gambar yang ditandai, itu apa ya?
kata keluargaku itu kaya si poci,, entahlah..

ooo

Kejadian 5

Yang ini juga lumayan lama. Waktu itu kira-kira jam sebelas malam Pak E baru pulang dari pasar. Pak E ini memang selalu pulang malam. Biasanya ia tak menemui apa-apa saat lewat gang C, namun malam ini perasaannya gak enak. Tapi ia tak menggubrisnya.

Pak E telah melewati tangga pertama dan sungai kecil. Saat melewati tangga kedua perasaannya makin tak karuan tapi ia menghiraukannya. Ia bersiap-siap menyalakan senter, karena di anak tangga paling bawah dekat jembatan, lampu jalan selalu mati. Dengan senter di tangannya, ia pun mulai turun anak per anak tangga. Tiba-tiba terdengar suara menggelinding dari atasnya. Kontan ia bertanya-tanya, “Apa itu?”

Lalu ada sesuatu menggelinding melewatinya, bentuknya bulat seperti bola. Karena saat itu remang-remang ia tak bisa melihat jelas apa itu. Benda itu menggelinding sampai di anak tangga paling bawah. Perasaannya makin gak enak, bulu kuduknya pun merinding seketika. Namun ia mencoba untuk tidak memikirkannya. Ia terus turun anak per anak tangga sampai tiba di lampu jalan yang mati, dan ia pun menyalakan senter. Dari jarak agak jauh ia melihat benda tersebut masih ada di bawah, di jembatan, menghalangi jalan. Ia turun satu anak tangga lagi dan sampailah di jembatan.

Ia memperhatikan benda tersebut, warnanya hitam. Apa itu?

Karena benda itu menghalangi jalan mau tak mau ia harus menyingkirkannya. Ia pun memegang benda tersebut dengan tangan kirinya, dan alangkah terkejutnya ia ketika tahu ternyata benda itu adalah kepala manusia dengan mata hitam dan bibirnya menyeringai. Tanpa pikir panjang ia langsung membuangnya dan lari terbirit-birit. Ia berlari sepanjang jalan, naik tangga, lewat perkampungan, sawah, pemakaman kecil, hingga sampailah di kampungku. Setelah sampai rumahnya barulah ia berhenti dengan ngos-ngosan. Kontan istrinya kaget melihat wajah pucat suaminya dan napasnya ngos-ngosan. Pak E langsung menceritakan kejadian itu ke istrinya, dan esoknya tersebarlah berita itu.

Warga di perkampungan sekitar gang C memberitahu bahwa hantu itu biasa mereka sebut hantu gorolong, karena selalu menggelinding dari atas ke bawah tangga. Dan sering menunjukkan wujudnya ketika mati lampu.





Ini tempat lampu jalan mati dan jembatan ditemukannya hantu gorolong.

tanda panah merah menunjukkan lampu jalan yang selalu mati.
tanda panah biru menunjukkan jembatan.

Aku foto ini dari beberapa anak tangga dari atas.

Ooo

Nah segitu dulu ya, nanti aku lanjutkan kejadian lainnya..

Maaf ya kalau ceritanya membosankan dan tulisannya acak-acakan, aku tak sempet edit. Untuk kebenaran cerita ini aku tidak tahu pasti, karena aku tak mengalaminya sendiri… naudzubillah jangan sampe deh..
Yang jelas saat itu kampungku sempet geger karena kejadian ini…

Makasih buat akang teteh yang udah sempetin baca
Kurang dan lebihnya mohon dimaafkan..

Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

Tidak ada komentar:

Posting Komentar